Langsung ke konten utama

30 HARI BERCERITA | 04. Jilbab yang Salah Kaprah


Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka," yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pembaca yang budiman, teks di atas adalah terjemahan dari firman Allah SWT yang tercantum dalam QS. Al-ahzab ayat 59. Ayat tersebut sering digunakan sebagai hujjah (argumentasi) tentang kewajiban perempuan muslimah dalam menggunakan jilbab.

Jilbab adalah perkara yang sederhana, ia berfungsi sebagai penutup aurat bagi kaum Hawa. Hakikat jilbab selain untuk menutupi aurat, juga berfungsi untuk menjaga kesucian dan kehormatan perempuan muslimah dari mata para lelaki yang bukan muhrim-nya. Sejatinya, jilbab digunakan sebagai pembungkus kecantikan, yang kelak kecantikannya hanya boleh "dinikmati" oleh pasangan hidupnya yang terikat oleh janji suci pernikahan.

Apabila kita melihat fenomena yang terjadi sekarang, banyak perempuan muslimah (mungkin termasuk saya) yang menggunakan jilbab justru sebagai alat untuk berlomba dalam menampilkan kecantikannya. Banyak dari kita yang rela menguras isi dompet hanya untuk mengikuti perkembangan mode pakaian dengan gaya jilbab yang bermacam-macam, hanya agar terlihat lebih cantik, anggun, dan lebih menawan. Namun, bukankah dengan keinginan kita untuk menampilkan kecantikan justru sebagai manifestasi bahwa kita ingin dilihat, ingin dipandang dan diperhatikan? Lalu dimanakah fungsi utama jilbab yang telah kita singgung di atas sebagai penutup kecantikan kalau ternyata ia digunakan sebagai alat agar kita terlihat lebih cantik?

Saya tidak memungkiri, bahwa dalam diri perempuan ada hasrat untuk tampil lebih menarik dengan menonjolkan sisi kecantikannya, dan untuk hal ini Islam telah mengaturnya sedemikian rupa, tentang batas-batas mana saja kecantikan perempuan itu boleh diperlihatkan, dan di depan siapa saja kita boleh mengekspresikan kecantikan bahkan sepuas-puasnya. Dan sekarang apa yang terjadi? Sosial media, seperti instagram dan facebook, justru digunakan sebagai tempat untuk memamerkan kecantikannya dengan jilbab yang warna-warni, hanya demi mendapat pujian dan jempol virtual (like) sebanyak-banyaknya. Semakin banyak like, semakin banggalah ia rupanya.

Dari sini saja kita sudah bisa melihat tentang penggunaan jilbab yang salah kaprah. Jilbab seolah kehilangan esensinya sebagai penutup, ia berubah menjadi alat pendukung hanya karena dorongan hasrat sebagian perempuan muslimah yang memiliki keinginan untuk tampil lebih menawan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUDAYA | KESELARASAN JAMPÉ UBAR HATÉ DENGAN HADIST NABI (tentang kuatnya doa orang yang teraniaya)

Oleh: Heni Meliyanawati Tahukah anda bahwa Desa Ciparakan yang terletak di Kecamatan  Kalipucang, Pangandaran  merupakan gudangnya ilmu  mantra ?  Di desa ini  berbagai jenis  mantra  mudah sekali ditemukan dan ternyata masyarakatnya pun masih menggunakan  mantra dalam kehidupannya sehari-hari. M ulai  dari mantra yang digunakan untuk memulai suatu pekerjaan ( Jangjawokan ), mantra untuk menyembuhkan penyakit ( Jampé ), mantra dalam urusan menguasai jiwa yang lain ( Asihan ), mantra agar memiliki kekuatan ( Ajian ), mantra agar tidak diganggu oleh bangsa jin ( Singlar ), dan mantra yang digunakan untuk keselamatan ( Rajah ). Mantra sebagai salah satu karya sastra puisi  buhun  (kuno) lahir dalam masyarakat Sunda primitif. Menurut  Hauser (dalam Faruk, 2013:12), kesusastraan zaman primitif ini terbagi menjadi dua, yakni ketika masyarakat masih dalam pola produksi sebagai masyarakat berburu, misalnya, seni cenderung m...

NHW #6 Belajar Menjadi Manager Keluarga Handal | Heni Meliyanawati

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Apa kabar pembaca yang budiman? Gak kerasa ya sudah hari Minggu lagi, dan seperti biasa, di hari Minggu malam ini adalah jadwal saya untuk merampungkan Nice Homework saya untuk program matrikulasi batch 7 di Institut Ibu Profesional.  Di NHW kali ini, saya belajar tentang cara menjadi manager keluarga yang handal. Bisa dibilang NHW kali ini adalah NHW yang paling saya favoritkan, kenapa ? Karena saya menjadi tahu tugas spesifik menjadi ibu itu seperti apa, dan NHW kali ini bisa membantu saya untuk menyusun kegiatan sehari-hari agar lebih terstruktur dan bisa lebih fokus ke pekerjaan yang harus diprioritaskan, hampir mirip dengan NHW #2 ya. Namun sebelum ke bagian inti, tidak seperti biasanya, saya ingin berbagi materi yang telah disusun oleh tim matrikulasi IIP batch 7 mengenai IBU MANAGER KELUARGA HANDAL. Selamat membaca! *Motivasi Bekerja Ibu* Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu ...

SALAH ASIH

Iwal ti Pangeran, hirup kuring saha deui nu nyaho. Kamari kuring bungah asa pangbungahna saalam dunya, ayeuna kuring nyungkelit sorangan nurub diri ku batin kaleungitan. Naha ngan sajorélat? Tali asih anu ku kuring dipiharep bakal manjang geuning ngan nyésakeun bangkarakna, naha manéhna bet téga? Ninggalkeun kuring ngan ukur mekelan kasedih. Haté peupeus harepan pupus, geuning manéhna leuwih milih nu lian, rarasaan mah kurang kumaha kuring méré kanyaah keur manéhna, teu ingeteun kitu kana janjina baheula, ongkoh rék mikaasih najan loba nu leuwih, saeutik gé ceunah moal kagoda ku napsu dunya. Ras Inget kajadian saminggu kamari basa manéhna kapanggih ku kuring keur bobogohan jeung nu séjén, ku téga Amir salingkuh jeung babaturan sorangan. Mirna saruana, hianat ka kuring nu geus jadi babaturanana ti leuleutik. Hanjakal harita bet kudu ditepungkeun, niatna mah ngarah wanoh, geuning ngadon jadi mamala. Najan kuring narima basa manéhna ménta pepegatan, angger ari kasedih mah teu bisa nah...