Langsung ke konten utama

30 HARI BERCERITA | 02. Menulis itu Melatih Kejujuran


Pembaca yang budiman, sebelum saya menyentuh inti dari tulisan saya kali ini, izinkan saya untuk bercerita tentang masa kecil saya yang ternyata sedikit akrab dengan dunia tulis menulis. Beberapa waktu yang lalu saya sempat menemukan buku diary yang tergeletak begitu saja, saat saya buka, ternyata itu catatan harian saya saat saya masih anak-anak. Saya lupa tepatnya umur berapa saya mulai menuliskan semua tentang cerita hidup di buku diary itu, yang saya ingat, saya menulis di buku diary karena terinspirasi oleh film kartun Hamtaro (hamster imut nan menggemaskan) tepatnya oleh tokoh Laura (pemilik Hamtaro), yang di akhir episode dia selalu menuliskan kegiatannya di buku diary.

Saat saya membaca buku diary saya, saya menemukan betapa polosnya pikiran saya. Segala macam perasaan tumpah ruah di sana, ada kesedihan karena tidak bisa ikut lomba tujuh belasan, terharu saat kakak begitu perhatian, dan kebahagiaan karena punya kegiatan rutin bersama teman-teman di kampung.

Hal terpenting yang saya apresiasi dari buku diary saya adalah saya menemukan kejujuran dari setiap kata yang saya tulis. Saya benar-benar menuliskan semua hal yang saya rasakan, begitu mengalir tanpa ada keinginan "harus dibagus-bagusin". Dan kejujuran itu yang ingin saya terapkan dalam proses menulis sekarang. 

Jujur yang saya maksud di sini -apalagi untuk cerita fiksi- bukan tentang menuliskan kisahnya sesuai dengan kenyataan yang ada, sebab dalam karya sastra ada peran imajinasi yang bermain untuk membuat kisahnya lebih hidup. Jujur maksudnya adalah cerita yang kita tulis -selain harus orisinal- juga sesuai dengan apa yang memang ingin kita tulis, jangan ditahan-tahan, biarkan mengalir begitu saja. Nah baru deh setelah proses menulis selesai, boleh lah dipoles dikit-dikit supaya hasilnya bisa lebih maksimal. Atau sebelum dipublikasikan mau didiskusikan dulu dengan teman? Itu boleh banget, sebab teman yang akan membantu menemukan berbagai kekurangan dalam karya kita yang tidak bisa kita lihat. 

Bagi saya semua cerita yang saya tulis di blog ini -baik fiksi maupun nonfiksi- haruslah jelas, lancar, santai, serta mampu berperan untuk menceritakan kembali kisah hidup yang saya lihat, dengar, atau bahkan saya rasakan sendiri. Saya membebaskan cerita dengan imajinasi seliar mungkin, saya ingin melampaui batas kegilaan yang saya miliki. 

Saat saya menulis, saya tak ingin menjadi orang lain. Saya bebaskan diri saya untuk berkreasi sesuai kemampuan saya. Meski saya tak menampik jika saya pun memiliki idola dalam dunia kepenulisan dan dijadikan rujukan, salah satu diantaranya adalah Cerpenis Kurniawan Junaedhie, yang aduhaaaiii betapa cerpen-cerpennya jujur sekali, dia menjadi panutan saya dalam menulis cerpen, dia berani, lantang, namun karyanya tetap dapat dipertanggungjawabkan. Saya selalu dikejutkan dan tersentak oleh alur cerita berkat keajaiban imajinasinya, format yang semula bagaikan realisme tak jarang berakhir absurd, dan itulah keunikannya, dia hampir tidak pernah tidak membuat saya jatuh cinta setiap membaca karya yang dia lahirkan.

Pembaca yang budiman, sekian cerita saya untuk hari ke-02, semoga kalian bisa memetik manfaat dari tulisan sederhana ini. Terimakasih sudah sudi membaca, dan sampai jumpa di cerita hari ke-03.

Salam hangat,

Henim 🌱

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUDAYA | KESELARASAN JAMPÉ UBAR HATÉ DENGAN HADIST NABI (tentang kuatnya doa orang yang teraniaya)

Oleh: Heni Meliyanawati Tahukah anda bahwa Desa Ciparakan yang terletak di Kecamatan  Kalipucang, Pangandaran  merupakan gudangnya ilmu  mantra ?  Di desa ini  berbagai jenis  mantra  mudah sekali ditemukan dan ternyata masyarakatnya pun masih menggunakan  mantra dalam kehidupannya sehari-hari. M ulai  dari mantra yang digunakan untuk memulai suatu pekerjaan ( Jangjawokan ), mantra untuk menyembuhkan penyakit ( JampĂ© ), mantra dalam urusan menguasai jiwa yang lain ( Asihan ), mantra agar memiliki kekuatan ( Ajian ), mantra agar tidak diganggu oleh bangsa jin ( Singlar ), dan mantra yang digunakan untuk keselamatan ( Rajah ). Mantra sebagai salah satu karya sastra puisi  buhun  (kuno) lahir dalam masyarakat Sunda primitif. Menurut  Hauser (dalam Faruk, 2013:12), kesusastraan zaman primitif ini terbagi menjadi dua, yakni ketika masyarakat masih dalam pola produksi sebagai masyarakat berburu, misalnya, seni cenderung m...

NHW #6 Belajar Menjadi Manager Keluarga Handal | Heni Meliyanawati

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Apa kabar pembaca yang budiman? Gak kerasa ya sudah hari Minggu lagi, dan seperti biasa, di hari Minggu malam ini adalah jadwal saya untuk merampungkan Nice Homework saya untuk program matrikulasi batch 7 di Institut Ibu Profesional.  Di NHW kali ini, saya belajar tentang cara menjadi manager keluarga yang handal. Bisa dibilang NHW kali ini adalah NHW yang paling saya favoritkan, kenapa ? Karena saya menjadi tahu tugas spesifik menjadi ibu itu seperti apa, dan NHW kali ini bisa membantu saya untuk menyusun kegiatan sehari-hari agar lebih terstruktur dan bisa lebih fokus ke pekerjaan yang harus diprioritaskan, hampir mirip dengan NHW #2 ya. Namun sebelum ke bagian inti, tidak seperti biasanya, saya ingin berbagi materi yang telah disusun oleh tim matrikulasi IIP batch 7 mengenai IBU MANAGER KELUARGA HANDAL. Selamat membaca! *Motivasi Bekerja Ibu* Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu ...

SALAH ASIH

Iwal ti Pangeran, hirup kuring saha deui nu nyaho. Kamari kuring bungah asa pangbungahna saalam dunya, ayeuna kuring nyungkelit sorangan nurub diri ku batin kaleungitan. Naha ngan sajorélat? Tali asih anu ku kuring dipiharep bakal manjang geuning ngan nyésakeun bangkarakna, naha manéhna bet téga? Ninggalkeun kuring ngan ukur mekelan kasedih. Haté peupeus harepan pupus, geuning manéhna leuwih milih nu lian, rarasaan mah kurang kumaha kuring méré kanyaah keur manéhna, teu ingeteun kitu kana janjina baheula, ongkoh rék mikaasih najan loba nu leuwih, saeutik gé ceunah moal kagoda ku napsu dunya. Ras Inget kajadian saminggu kamari basa manéhna kapanggih ku kuring keur bobogohan jeung nu séjén, ku téga Amir salingkuh jeung babaturan sorangan. Mirna saruana, hianat ka kuring nu geus jadi babaturanana ti leuleutik. Hanjakal harita bet kudu ditepungkeun, niatna mah ngarah wanoh, geuning ngadon jadi mamala. Najan kuring narima basa manéhna ménta pepegatan, angger ari kasedih mah teu bisa nah...