Langsung ke konten utama

NHW #3 Membangun Peradaban dari dalam Rumah | Heni Meliyanawati



Assalamualaikumwarrahmatullahi wabarakatuh.
Ku iringkan do'a keselamatan untukmu, dimanapun engkau berada, semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan hidup kepadamu dan perlindungan untuk setiap kegiatan yang engkau lakukan.

Calon imamku,

Melalui tulisan ini, ada hal yang ingin aku sampaikan kepadamu. Sejujurnya aku masih menerka-nerka, apakah itu kamu, calon imamku yang tempo hari mengutarakan maksud baik kepada Ibu Bapakku tentang proses pengenalan yang sedang kita jalankan? Apakah itu kamu, calon imamku yang baru saja membawa kedua orangtuanya untuk bersilaturahim ke rumah orangtuaku dan mengajakku ke tahap yang lebih serius? Apakah itu kamu, calon imamku yang ingin mengenaliku dan juga keluargaku jauh lebih dekat?

Ketahuilah wahai calon imamku,

Aku tidak terlahir dari keluarga yang agamis, tapi kedua orangtuaku begitu memperhatikan pendidikan agamaku, orangtuaku rela membayar lebih agar aku bisa mengaji di TPA yang terakreditasi daripada mengikutsertakanku di tempat mengaji gratis yang gurunya kadang ada kadang tidak, mereka selalu berdo'a dan berharap agar aku menjadi anak yang sholehah yang kelak menjadi tabungan mereka di akherat. Namun terkadang, aku tak mampu menahan diri untuk tidak mengecewakan mereka berdua.

Walaupun aku bukan dari kalangan yang serba kecukupan, orangtuaku selalu berusaha memenuhi semua kebutuhanku, dan sebab itu pulalah dari kecil aku tidak terbiasa dimanja dengan berbagai macam keinginan yang harus terpenuhi, karena aku tahu, untuk memenuhi kebutuhanku saja, mereka harus berpeluh keringat dari fajar hingga menjelang malam.

Saat ini, aku ingin sekali membalas semua kebaikan orangtuaku, meski aku tau bahwa sampai kapan pun aku tak akan mampu membalas semua pengorbanan dan kasih sayang yang telah mereka berikan untukku, tapi setidaknya aku ingin berikrar pada diriku sendiri agar aku tidak lagi membuat mereka menangis dengan perbuatan yang aku lakukan.

Orangtuaku selalu mengingatkanku agar aku tidak menyerah dengan keadaan, tidak memiliki materi bukan berarti aku harus berhenti mengejar mimpi. Menyelesaikan pendidikan S-1 untuk kalangan sepertiku rasanya seperti mustahil, apalagi jika hanya mengandalkan pendapatan orangtuaku, beruntung waktu itu Allah SWT membukakan jalan untukku, dengan adanya beasiswa bidikmisi, aku bisa menamatkan kuliah di perguruan tinggi yang aku impika, dan sekarang, Allah SWT memberiku kesempatan untuk mengabdikan diri dan berbagi ilmu yang telah aku dapatkan kepada anak-anak di sekolah. Iya, menjadi guru adalah do’a orangtua yang Allah SWT kabulkan, orangtuaku selalu memberikan motivasi agar aku melakukan yang terbaik dalam kehidupanku. Semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan untuk mereka berdua.

Bukan saja peran orangtua yang membentukku menjadi pribadi yang sekarang, tapi keadaan lingkungan juga berperan penting dalam pembentukkan kepribadianku. Aku berusaha "menyatu" dengan keadaan di sekitarku. Perbedaan karakter, paham, dan cara pandang bukan lagi hal aneh dan menurutku juga bukan hal yang harus diperdebatkan. Lingkungan yang kondusif bisa tercipta dari pribadi-pribadinya yang saling menghargai, tidak memaksakan kehendak, dan tetap berfikir positif demi kebaikan bersama. Jika ada hal yang tidak aku sukai dari kebiasaan di lingkunganku, aku berusaha untuk menghindar agar tidak terjerumus lebih jauh. Contohnya seperti prilaku ghibah, jujur saja, di lingkunganku sekarang, banyak teman-temanku yang senang membicarakan kejelekan orang, jika biasanya aku mendengarkan sebagai bentuk menghargai lawan bicara, kali ini ketika sinyal pembicaraan sudah mengarah kepada dosa, lebih baik aku meninggalkan "perkumpulan" tersebut dan mulai mencari hal yang lebih berfaedah.

Calon imamku,

Jika nanti aku sudah curhat dan menurutmu itu ghibah, tolong hentikan aku. Ubahlah topik pembicaraan ke hal yang lebih bermanfaat ya. 

Calon imamku,

Belum lama kita saling mengenal, pun belum ada ikatan diantara kita berdua, tapi kau begitu yakin memilihku untuk menjadi teman hidupmu. Padahal, perempuan yang kau pilih ini hanyalah perempuan biasa, yang egonya terkadang masih tinggi dibanding kesabaran yang dimiliki, yang masih berkeluh kesah untuk semua masalah yang datang menghampiri, tapi aku ingin terus belajar agar memilih kuat menghadapi daripada harus menyerah lalu berlepas diri.

Aku tak ingin lagi berandai-andai untuk mendapatkan sosok yang sempurna, karena aku pun tak lepas dari cela dan dosa, aku hanya ingin kita sama-sama belajar untuk memperbaiki diri sampai kita menemukan versi terbaik yang kita miliki. aku tak ingin kita saling menuntut, cukuplah kita berpegang teguh pada tuntunan agama yang kita yakini, karena seperti yang orangtua kita jelaskan tadi, hidup di dunia hanya persinggahan, yang akan kita pertanggungjawabkan kelak setelah ruh terlepas dari raga, ada kematian yang menanti kita di ujung sana, dan tak ada satu hal pun yang tanpa pembalasan.

Calon imamku,

Jika kelak aku menjadi istrimu, ku mohon tetaplah di sampingku tak peduli akan semenyebalkan apakah aku nanti, tetaplah berpegang tangan meski berbagai gelombang ujian menghampiri. Kelak, jika Allah SWT menitipkan permata hati yang akan menambah keindahan di kehidupan kita berdua, bantu aku untuk bersama-sama mendidiknya agar mampu mencetak pribadi Qur’ani yang dibutuhkan umat. Bantu aku mulai dari memberikan nafkah yang halal, memberikan pendidikan yang sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, bantu aku agar mampu menanamkan kecintaan permata hati kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, agar kelak mereka tumbuh dalam ketaatan dan keridhaan-Nya.


Sekian suara hati ini,

Dariku yang menunggu waktu sampai berhak mencintaimu.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUDAYA | KESELARASAN JAMPÉ UBAR HATÉ DENGAN HADIST NABI (tentang kuatnya doa orang yang teraniaya)

Oleh: Heni Meliyanawati Tahukah anda bahwa Desa Ciparakan yang terletak di Kecamatan  Kalipucang, Pangandaran  merupakan gudangnya ilmu  mantra ?  Di desa ini  berbagai jenis  mantra  mudah sekali ditemukan dan ternyata masyarakatnya pun masih menggunakan  mantra dalam kehidupannya sehari-hari. M ulai  dari mantra yang digunakan untuk memulai suatu pekerjaan ( Jangjawokan ), mantra untuk menyembuhkan penyakit ( Jampé ), mantra dalam urusan menguasai jiwa yang lain ( Asihan ), mantra agar memiliki kekuatan ( Ajian ), mantra agar tidak diganggu oleh bangsa jin ( Singlar ), dan mantra yang digunakan untuk keselamatan ( Rajah ). Mantra sebagai salah satu karya sastra puisi  buhun  (kuno) lahir dalam masyarakat Sunda primitif. Menurut  Hauser (dalam Faruk, 2013:12), kesusastraan zaman primitif ini terbagi menjadi dua, yakni ketika masyarakat masih dalam pola produksi sebagai masyarakat berburu, misalnya, seni cenderung meniru alam karena berfungsi sebagai kekuatan yang secara la

30 HARI BERCERITA | 01. Bismillah, mulai yuk!

Assalamu'alaikum, pembaca yang budiman. Selamat pagi di hari yang cerah ini ya, selamat beraktivitas dan jangan lupa bahagia. Oh iya, untuk setiap aktivitas yang kita lakukan ada baiknya kita niatkan sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT, InsyaAllah berkah, dan semoga Allah mudahkan jalan kita semua. Aamiin. Hari ini saya akan memulai sesuatu yang sejak lama ingin saya lakukan, yakni menulis secara terus menerus tanpa ada jeda barang sehari pun. Awalnya ragu sih untuk memulai, takut gak bisa. Lah gimana saya mau nulis di blog yang mesti panjang, wong bikin caption satu paragraf aja kadang susahnya setengah mati. B elum lagi mengatur mood yang kadang bikin jengkel sendiri, hari ini semangat nulis, besoknya hmmm ga tau deh. Hehe. Eh tapi, kalau ga dimulai sekarang mau kapan lagi? Toh sejak dulu saya hanya terperangkap pada sesuatu yang berupa ketakutan saya saja. Jadi, dari pada bersembunyi dibalik kelemahan saya, lebih baik saya mulai tuk melangkah. So, let's sta

NHW #6 Belajar Menjadi Manager Keluarga Handal | Heni Meliyanawati

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Apa kabar pembaca yang budiman? Gak kerasa ya sudah hari Minggu lagi, dan seperti biasa, di hari Minggu malam ini adalah jadwal saya untuk merampungkan Nice Homework saya untuk program matrikulasi batch 7 di Institut Ibu Profesional.  Di NHW kali ini, saya belajar tentang cara menjadi manager keluarga yang handal. Bisa dibilang NHW kali ini adalah NHW yang paling saya favoritkan, kenapa ? Karena saya menjadi tahu tugas spesifik menjadi ibu itu seperti apa, dan NHW kali ini bisa membantu saya untuk menyusun kegiatan sehari-hari agar lebih terstruktur dan bisa lebih fokus ke pekerjaan yang harus diprioritaskan, hampir mirip dengan NHW #2 ya. Namun sebelum ke bagian inti, tidak seperti biasanya, saya ingin berbagi materi yang telah disusun oleh tim matrikulasi IIP batch 7 mengenai IBU MANAGER KELUARGA HANDAL. Selamat membaca! *Motivasi Bekerja Ibu* Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang