Assalamualaikumwarrahmatullahi wabarakatuh.
Ku iringkan do'a keselamatan untukmu, dimanapun engkau berada,
semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan hidup kepadamu dan perlindungan
untuk setiap kegiatan yang engkau lakukan.
Calon imamku,
Calon imamku,
Melalui tulisan ini, ada hal yang ingin aku sampaikan kepadamu. Sejujurnya aku masih
menerka-nerka, apakah itu kamu, calon imamku yang tempo hari mengutarakan
maksud baik kepada Ibu Bapakku tentang proses pengenalan yang sedang kita
jalankan? Apakah itu kamu, calon imamku yang baru saja membawa kedua orangtuanya
untuk bersilaturahim ke rumah orangtuaku dan mengajakku ke tahap yang lebih
serius? Apakah itu kamu, calon imamku yang ingin mengenaliku dan juga
keluargaku jauh lebih dekat?
Ketahuilah wahai calon imamku,
Aku tidak
terlahir dari keluarga yang agamis, tapi kedua orangtuaku begitu memperhatikan pendidikan agamaku, orangtuaku rela membayar lebih agar aku bisa mengaji di TPA yang terakreditasi daripada mengikutsertakanku di tempat mengaji gratis yang gurunya kadang ada kadang tidak, mereka selalu berdo'a dan berharap agar aku menjadi anak yang sholehah
yang kelak menjadi tabungan mereka di akherat. Namun terkadang, aku tak
mampu menahan diri untuk tidak mengecewakan mereka berdua.
Walaupun aku bukan dari kalangan yang serba kecukupan, orangtuaku selalu berusaha memenuhi semua kebutuhanku, dan sebab itu pulalah dari kecil aku tidak terbiasa dimanja dengan berbagai macam keinginan yang harus terpenuhi, karena aku tahu, untuk memenuhi kebutuhanku saja, mereka harus berpeluh keringat dari fajar hingga menjelang malam.
Saat
ini, aku ingin sekali membalas semua kebaikan orangtuaku, meski aku tau bahwa
sampai kapan pun aku tak akan mampu membalas semua pengorbanan dan kasih sayang
yang telah mereka berikan untukku, tapi setidaknya aku ingin berikrar pada diriku sendiri agar aku tidak lagi membuat
mereka menangis dengan perbuatan yang aku lakukan.
Orangtuaku selalu mengingatkanku agar aku tidak menyerah dengan keadaan, tidak memiliki materi bukan berarti aku harus berhenti mengejar mimpi. Menyelesaikan pendidikan S-1 untuk kalangan sepertiku rasanya seperti mustahil, apalagi jika hanya mengandalkan pendapatan orangtuaku, beruntung waktu itu Allah SWT membukakan jalan untukku, dengan adanya beasiswa bidikmisi, aku bisa menamatkan kuliah di perguruan tinggi yang aku impika, dan sekarang, Allah SWT memberiku kesempatan untuk mengabdikan diri dan berbagi ilmu yang telah aku dapatkan kepada anak-anak di sekolah. Iya, menjadi guru adalah do’a orangtua yang Allah SWT kabulkan, orangtuaku selalu memberikan motivasi agar aku melakukan yang terbaik dalam kehidupanku. Semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan untuk mereka berdua.
Bukan saja peran orangtua yang membentukku menjadi pribadi yang sekarang, tapi keadaan lingkungan juga berperan penting dalam pembentukkan kepribadianku. Aku berusaha "menyatu" dengan keadaan di sekitarku. Perbedaan karakter, paham, dan cara pandang bukan lagi hal aneh dan menurutku juga bukan hal yang harus diperdebatkan. Lingkungan yang kondusif bisa tercipta dari pribadi-pribadinya yang saling menghargai, tidak memaksakan kehendak, dan tetap berfikir positif demi kebaikan bersama. Jika ada hal yang tidak aku sukai dari kebiasaan di lingkunganku, aku berusaha untuk menghindar agar tidak terjerumus lebih jauh. Contohnya seperti prilaku ghibah, jujur saja, di lingkunganku sekarang, banyak teman-temanku yang senang membicarakan kejelekan orang, jika biasanya aku mendengarkan sebagai bentuk menghargai lawan bicara, kali ini ketika sinyal pembicaraan sudah mengarah kepada dosa, lebih baik aku meninggalkan "perkumpulan" tersebut dan mulai mencari hal yang lebih berfaedah.
Calon imamku,
Jika nanti aku sudah curhat dan menurutmu itu ghibah, tolong hentikan aku. Ubahlah topik pembicaraan ke hal yang lebih bermanfaat ya.
Jika nanti aku sudah curhat dan menurutmu itu ghibah, tolong hentikan aku. Ubahlah topik pembicaraan ke hal yang lebih bermanfaat ya.
Calon imamku,
Belum lama kita saling mengenal, pun belum ada ikatan diantara kita berdua, tapi kau begitu yakin memilihku untuk menjadi teman hidupmu. Padahal, perempuan yang kau pilih ini hanyalah perempuan biasa, yang egonya terkadang masih tinggi dibanding kesabaran yang dimiliki, yang masih berkeluh kesah untuk semua masalah yang datang menghampiri, tapi aku ingin terus belajar agar memilih kuat menghadapi daripada harus menyerah lalu berlepas diri.
Belum lama kita saling mengenal, pun belum ada ikatan diantara kita berdua, tapi kau begitu yakin memilihku untuk menjadi teman hidupmu. Padahal, perempuan yang kau pilih ini hanyalah perempuan biasa, yang egonya terkadang masih tinggi dibanding kesabaran yang dimiliki, yang masih berkeluh kesah untuk semua masalah yang datang menghampiri, tapi aku ingin terus belajar agar memilih kuat menghadapi daripada harus menyerah lalu berlepas diri.
Aku
tak ingin lagi berandai-andai untuk mendapatkan sosok yang sempurna, karena aku
pun tak lepas dari cela dan dosa, aku hanya ingin kita sama-sama belajar untuk
memperbaiki diri sampai kita menemukan versi terbaik yang kita miliki. aku tak
ingin kita saling menuntut, cukuplah kita berpegang teguh pada tuntunan agama
yang kita yakini, karena seperti yang orangtua kita jelaskan tadi, hidup di
dunia hanya persinggahan, yang akan kita pertanggungjawabkan kelak setelah ruh
terlepas dari raga, ada kematian yang menanti kita di ujung sana, dan tak ada satu
hal pun yang tanpa pembalasan.
Calon imamku,
Jika
kelak aku menjadi istrimu, ku mohon tetaplah di sampingku tak peduli akan semenyebalkan
apakah aku nanti, tetaplah berpegang tangan meski berbagai gelombang ujian menghampiri.
Kelak, jika Allah SWT menitipkan permata hati yang akan menambah keindahan di
kehidupan kita berdua, bantu aku untuk bersama-sama mendidiknya agar mampu
mencetak pribadi Qur’ani yang dibutuhkan umat. Bantu aku mulai dari memberikan
nafkah yang halal, memberikan pendidikan yang sesuai tuntunan Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi, bantu aku agar mampu menanamkan kecintaan permata hati kita kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya, agar kelak mereka tumbuh dalam ketaatan dan keridhaan-Nya.
Sekian suara hati ini,
Dariku yang menunggu waktu sampai berhak mencintaimu.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar