Langsung ke konten utama

CERPEN | Temukan Aku dalam Istikharahmu (Bagian 2)



(5)
PRASANGKA

"Assalamua'alaikum, Aisyah"

Suara itu, dua tahun yang lalu terakhir Aisyah mendengar suara itu, suara dari lelaki yang ia benci sekaligus juga ia sayangi. Ragu untuk menjawab, namun sombong sekali bila Aisyah menghiraukannya. Dengan hati yang sulit memaafkan, Aisyah jawab salam Fahmi dengan keadaan yang sangat terpaksa.

"Wa'alaikumsalam, mas." 

Sepersekian detik waktu seperti berhenti, semuanya bisu, semesta tertegun menyaksikan pertemuan dua insan yang berpisah dua tahun lamanya dengan menyisakan kebencian disalah satu di antara mereka. Angin senja yang tak sengaja lewatlah yang berhasil membuyarkan kebisuan mereka saat itu. 

Seribu tanya menghampiri, rasa penasaran terus bergejolak dalam pikiran Aisyah. "Sedang apa Fahmi di sini?"

"Apa kabar?" Ujar Fahmi dengan nada sederhana.

"Untuk apa dia bertanya kabar?! Penting kah kabarku untuknya setelah dua tahun lalu ia pergi dengan alasan yang sulit aku terima?!"

"Aisyah baik," 

Ingin sekali Aisyah cepat menyelesaikan dialognya saat itu, enggan sekali rasanya terus bertatap muka dengan lelaki yang sempat menghianatinya. 

"Sedang melanjutkan S2 di sini ya? Mengambil konsentrasi apa? Masih tertarik dengan dunia filologi?"

Aisyah hanya tersenyum kecut, ia tidak terlalu menanggapi berbagai pertanyaan yang diajukan Fahmi. Fahmi paham dengan sikap Aisyah yang seperti itu, namun ia tak bisa membiarkan Aisyah yang terus hidup dengan rasa kebencian terhadapnya.  

"Hmmm, kalau Aisyah tidak keberatan, boleh kita mengobrol sebentar? Ada sesuatu yang ingin mas sampaikan kepada Aisyah." Pintanya dengan nada yang lagi-lagi, biasa aja. 

"Untuk apa Fahmi?! Sesuatu apa yang ingin kau sampaikan?! Kau mau mengajakku bermaksiat lagi?!?" Ucap Aisyah dalam hati. Kesal, sedih, marah, benci, semuanya bercampur menjadi satu menemani pertemuan perdana mereka setelah dua tahun berpisah. 

"Boleh, tapi tidak lama, Aisyah ada janji dengan dosen."

"InsyaAllah tidak akan lama," dengan senyum yang mengembang, Fahmi mengajak Aisyah berteduh di bangku di bawah pohon jambu. Dengan keadaan duduk yang berjarak, Fahmi mulai membuka percakapan.

"Aisyah tidak penasaran dengan kabar mas? Hehe." Candanya mencoba mencairkan suasana yang sedari tadi terus menegang.

"Kamu sehat Fahmi, tak ada masalah, aku tanya kabar pun pasti kamu jawab baik, lantas buat apa aku bertanya kalau aku sudah tau jawabannya?" Lagi, kekesalan Aisyah masih belum mereda, prasangkanya yang berlebih terus saja mendominasi pikirannya saat itu. 

"Maafkan mas tidak hadir pada saat wisuda S1 Aisyah,"

"Tidak apa-apa, mas"

"Mas mengerti kalau Aisyah masih membenci mas, mas nerima," 

Aisyah masih tetap diam, egonya masih memuncak dan belum bisa luluh walau senyum Fahmi sudah mulai meneduhkannya. 

"Aisyah masih belum bisa memaafkan mas?" 

"Sudah,"

"Masih membenci mas?"

"Tidak,"

"Jawab jujur Aisyah?"

"Pentingkah kejujuran Aisyah untuk mas? Sudahlah mas, untuk apa kita bahas ini lagi?"

"Aisyah, apa pantas seorang muslim membenci muslim lainnya lebih dari tiga hari?" 

Aisyah mulai heran, sejak kapan Fahmi mengetahui hadits? dulu  Fahmi tak pernah menyisipkan unsur religi dalam obrolan mereka, Ada apa dengan Fahmi?!

"Maafkan mas, dulu mas pergi tanpa memberikan penjelasan apapun kepada Aisyah, mas hanya tak ingin Aisyah semakin tersiksa dengan kepergian mas yang sebenarnya mas lakukan dengan sangat terpaksa. Saat itu mas belum ingin meninggalkan Aisyah, namun keadaan menuntut mas untuk segera pergi jauh dari Aisyah."

"Karena wanita itu kan mas pergi? Aisyah tau mas."

"Tidak Aisyah, tidak ada yang Aisyah ketahui dari alasan mas dulu pergi dari kehidupan Aisyah,"

"Sudahlah mas, jangan membuat Aisyah semakin bingung. Ceritakan saja apa yang ingin mas ceritakan, tidak usah berbelit-belit, agar semuanya cepat selesai."

"Sabar dulu Aisyah, mas ceritakan perlahan supaya Aisyah dapat dengan mudah memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Prasangka Aisyah yang menyangka mas 'bermain' dengan wanita lain, itu salah besar Aisyah. cerita tentang perselingkuhan hanya alasan yang dibuat teman-teman mas agar dapat dengan mudah mas pergi dari kehidupan Aisyah. 

Saat itu hanya Aisyah yang mas sayangi. Empat tahun kita menjalin cinta, tak terbesit sedikit pun untuk mas mencintai wanita selain kamu. Kamu istimewa Aisyah, mas menyayangimu dengan sepenuh hati mas. Percayalah Aisyah, hanya Aisyah.

Namun mas sadar, dalam perjalanan kita, mas seperti tidak menemukan kebahagiaan yang seutuhnya. Mas merasa bahwa kisah cinta kita hampa, tak ada maknanya sama sekali. Mas seperti kehilangan kebahagiaan yang hakiki.

Aisyah pasti penasaran mengapa mas bisa berubah dan berkata seperti ini. Baik, akan mas ceritakan dan semoga tidak ada yang terlewat. Kau ingat Aisyah saat kita berkunjung ke sebuah mesjid di daerah Jakarta pusat? Saat itu, seperti biasa, di hari Minggu kita selalu menghabiskan waktu berdua. Untuk melepas lelah sekaligus menunaikan kewajiban, Aisyah mengajak mas untuk menunaikan shalat dzuhur di mesjid apa ya, aduh mas lupa namanya. Ya pokoknya di sana lah. Aisyah mungkin tidak tahu bahwa ditempat mas sholat sedang ada kajian yang membahas tentang pentingnya menjaga jarak dengan non muhrim sebelum menikah, karena mas penasaran mas ikuti kajian tersebut sampai selesai. Tak usah mas jelaskan tentang bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan yang belum menikah itu harus menjaga jarak, mas tahu Aisyah sudah lebih mengerti sekarang. Nah, disaat itulah titik awal mas untuk mengubah segalanya. Mas tertampar dan ketakutan Aisyah saat mendengar penjelasan pak Ustadz kala itu, mas sedih bila terus menjalankan sesuatu yang seharusnya mas tinggalkan. Aisyah ingat kejadian setelah mas keluar dari mesjid? Aisyah marah besar karena lama menunggu mas yang katanya ~kok lama banget sih mas, sholat apa menunaikan haji?? Kering nih mas Aisyah nunggu di sini~   
Hahaha, mas selalu tertawa tiap ingat kejadian itu, apalagi kalau sambil membayangkan wajah Aisyah yang manyun karena kesal."

Aisyah mulai tersenyum, Ia juga ingat masa-masa itu, masa pacaran dulu.

"Kau tahu Aisyah, dalam usia hubungan kita yang kelima tahun, mas mantap mengubah arti dari kebahagiaan untuk kita berdua. Bukan, bukan karena benci atau sudah tidak cinta lagi mas meninggalkan Aisyah, tapi mas tahu ini jalan terbaik, melepasmu adalah solusi yang paling mujarab agar kita bisa menemukan kebahagiaan yang di ridhoi Illahi Rabbi.

Mas sedih sekali saat mas tahu bahwa kepergian mas membuat kehidupan Aisyah menjadi tersiksa, mas minta maaf. Tapi mas bersyukur saat mas tahu bahwa Aisyah mampu bangkit dan mengubah diri menjadi lebih baik. Kamu hebat Aisyah, ternyata karakter wanita kuat dan berjiwa besar masih Aisyah miliki walaupun Aisyah menerima perlakuan mas yang mengecewakan, ditambah dengan gosip yang beredar yang mungkin saat itu sangat menyakitkan hati Aisyah, sekali lagi mas minta maaf."

Aisyah tertegun, hatinya mulai berhenti dari prasangka yang muncul, ia mulai mengerti tentang alasan Fahmi yang memilih pergi.

"Aisyah.." sapa Fahmi dengan lembut.

"Iya, mas?"

"Aisyah memaafkan mas? Aisyah sudah tidak membenci mas lagi kan?"

"Tidak mas, Aisyah sekarang mulai mengerti. Maafkan Aisyah juga mas karena selama ini Aisyah selalu berpikiran yang tidak-tidak tentang mas. Andai dari dulu mas menjelaskan ini, mungkin tidak akan ada kebencian dari Aisyah terhadap mas."

"Mas menerima bila Aisyah membenci mas karena memang mas yang salah. Mas tidak pernah membenci Aisyah, tapi menghilangkan nama Aisyah dalam hati mas, itu yang mas lakukan. Mas tidak terpaksa melakukan ini karena mas hanya ingin mencintai Allah dulu, mas ingin meraih kasih sayang-Nya. Itu saja Aisyah. Dan tenang Aisyah, walaupun mas hilangkan perasaan mas terhadap Aisyah, namun dalam do'a nama Aisyah tidak pernah terlewat. Mas selalu mendo'akan agar Aisyah memilih jalan seperti yang mas pilih sekarang, menemukan kebahagiaan yang sejati"

"Terimakasih mas, dan Alhamdulillah do'a mas diijabah oleh Allah, walau memang Aisyah belum sempurna menjadi yang diinginkan, tetapi Aisyah tetap berusaha berjalan dan berproses menuju kebaikan. Aisyah juga ingin dicintai Allah,"

Keduanya mulai tersenyum, lega rasanya melepaskan beban yang selama ini menjadi penghalang antara mereka dengan Tuhan, Aisyah dengan prasangkanya, dan Fahmi dengan rasa bersalahnya. 

"Aisyah, ada kah seseorang yang Aisyah cintai setelah Allah?" Pertanyaan serius Fahmi lontarkan tanpa ragu, Aisyah tidak langsung menjawab, keduanya kembali diam dalam keheningan. 

"Sejak berpisah dengan mas, Aisyah fokus untuk mengejar cintanya Allah,"

"Alhamdulillah. Mas ada saran untuk Aisyah, boleh?"

"Saran apa mas?"

"Aisyah, kalau Aisyah sudi, beristikharahlah untuk menemukan pendamping hidup sekarang, pendamping yang siap mengajak Aisyah lebih dekat dengan Allah, sekalian menjalankan sunnah Rasulullah," senyum terus mengembang di wajah Fahmi.

Jantung Aisyah mulai berdetak kencang, batinnya tak henti menyebut asma Allah, 

"Aisyah, mas telah menemukan seseorang lewat istikharah yang mas lakukan setiap saat, dan jawaban yang mas peroleh akan mas beritahu setelah Aisyah juga telah menemukan jawabannya. Memohonlah perlindungan Allah dan lakukan dengan sungguh-sungguh."

Langit semakin menjingga, pertemuan dengan Fahmi membuat Aisyah lupa akan janji untuk bertemu dosen sore ini, 

"Aisyah harus pamit khawatir dosen telah menunggu lama. Terima kasih untuk percakapannya hari ini mas, Assalamualaikum." 

"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh,"

Aisyah berlalu, Fahmi pun kembali masuk mesjid untuk melakukan pengajian rutinannya yang telah tertinggal.

-tamat-


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Apakah ini sebuah kebetulan
    Akurasa tidak
    Wow wow wow
    :D

    BalasHapus
  4. Apakah ini sebuah kebetulan
    Akurasa tidak
    Wow wow wow
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya kebetulan di sebelah mana ya? Btw, aku gagal faham wkwk

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUDAYA | KESELARASAN JAMPÉ UBAR HATÉ DENGAN HADIST NABI (tentang kuatnya doa orang yang teraniaya)

Oleh: Heni Meliyanawati Tahukah anda bahwa Desa Ciparakan yang terletak di Kecamatan  Kalipucang, Pangandaran  merupakan gudangnya ilmu  mantra ?  Di desa ini  berbagai jenis  mantra  mudah sekali ditemukan dan ternyata masyarakatnya pun masih menggunakan  mantra dalam kehidupannya sehari-hari. M ulai  dari mantra yang digunakan untuk memulai suatu pekerjaan ( Jangjawokan ), mantra untuk menyembuhkan penyakit ( Jampé ), mantra dalam urusan menguasai jiwa yang lain ( Asihan ), mantra agar memiliki kekuatan ( Ajian ), mantra agar tidak diganggu oleh bangsa jin ( Singlar ), dan mantra yang digunakan untuk keselamatan ( Rajah ). Mantra sebagai salah satu karya sastra puisi  buhun  (kuno) lahir dalam masyarakat Sunda primitif. Menurut  Hauser (dalam Faruk, 2013:12), kesusastraan zaman primitif ini terbagi menjadi dua, yakni ketika masyarakat masih dalam pola produksi sebagai masyarakat berburu, misalnya, seni cenderung meniru alam karena berfungsi sebagai kekuatan yang secara la

30 HARI BERCERITA | 01. Bismillah, mulai yuk!

Assalamu'alaikum, pembaca yang budiman. Selamat pagi di hari yang cerah ini ya, selamat beraktivitas dan jangan lupa bahagia. Oh iya, untuk setiap aktivitas yang kita lakukan ada baiknya kita niatkan sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT, InsyaAllah berkah, dan semoga Allah mudahkan jalan kita semua. Aamiin. Hari ini saya akan memulai sesuatu yang sejak lama ingin saya lakukan, yakni menulis secara terus menerus tanpa ada jeda barang sehari pun. Awalnya ragu sih untuk memulai, takut gak bisa. Lah gimana saya mau nulis di blog yang mesti panjang, wong bikin caption satu paragraf aja kadang susahnya setengah mati. B elum lagi mengatur mood yang kadang bikin jengkel sendiri, hari ini semangat nulis, besoknya hmmm ga tau deh. Hehe. Eh tapi, kalau ga dimulai sekarang mau kapan lagi? Toh sejak dulu saya hanya terperangkap pada sesuatu yang berupa ketakutan saya saja. Jadi, dari pada bersembunyi dibalik kelemahan saya, lebih baik saya mulai tuk melangkah. So, let's sta

NHW #6 Belajar Menjadi Manager Keluarga Handal | Heni Meliyanawati

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Apa kabar pembaca yang budiman? Gak kerasa ya sudah hari Minggu lagi, dan seperti biasa, di hari Minggu malam ini adalah jadwal saya untuk merampungkan Nice Homework saya untuk program matrikulasi batch 7 di Institut Ibu Profesional.  Di NHW kali ini, saya belajar tentang cara menjadi manager keluarga yang handal. Bisa dibilang NHW kali ini adalah NHW yang paling saya favoritkan, kenapa ? Karena saya menjadi tahu tugas spesifik menjadi ibu itu seperti apa, dan NHW kali ini bisa membantu saya untuk menyusun kegiatan sehari-hari agar lebih terstruktur dan bisa lebih fokus ke pekerjaan yang harus diprioritaskan, hampir mirip dengan NHW #2 ya. Namun sebelum ke bagian inti, tidak seperti biasanya, saya ingin berbagi materi yang telah disusun oleh tim matrikulasi IIP batch 7 mengenai IBU MANAGER KELUARGA HANDAL. Selamat membaca! *Motivasi Bekerja Ibu* Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang