Layaknya manusia di usia remaja, yang belum terbiasa menghadapi cobaan yang datang bergantian, aku mudah berkeluh kesah. Sulitnya melatih mental dan emosional agar tetap terjaga dalam takaran normal membuatku mudah sekali meluapkan seluruh kekalutan jiwa ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan.
Kisahku mungkin tak serumit kisah yang anda atau kalian miliki, tapi menghadapi persoalan ini sungguh tak semudah seperti apa yang terbayangkan.
Terbaring lemah dengan setumpuk beban yang luar biasa berat, kini menjadi pembatas antara aku dan keleluasaan. Kebebasan kini seolah sirna dengan hadirnya tanggung jawab dan berbagai persoalan yang harus segera aku selesaikan. Kenyamanan dan ketentraman hidup berbanding terbalik karena keterbatasanku memainkan peran sebagai seorang yang bernyali untuk menghadapi apa yang sengaja aku hadirkan. Kekhawatiran dan kegamangan terus saja menghantuiku, mendorongku untuk menilai bahwa aku orang yang tidak berdaya dan tidak bisa apa-apa.
Aku benci waktu luang, dia membuatku tidak nyaman dan tidak pernah tenang. Saat aku mencoba mengistirahatkan fikiran, yang ada hanya gangguan dan desakan dari dalam yang ingin agar aku terus bergerak agar semuanya cepat selesai.
Aku rindu jiwa yang tentram, rindu pada hidup yang tidak menuntutku untuk banyak berbuat.
Hey, bangunlah!!
Aku bukanlah satu-satunya makhluk yang hidup di dunia, ada milyaran bahkan trilyunan umat manusia yang sejenis denganku dan tentu mereka pun memiliki beban dan nikmat hidupnya masing-masing. Bahkan bila aku beruntung, akan aku temui mereka yang lebih besar cobaannya, yang lebih sulit kehidupannya, agar aku mampu berkaca dan tidak memandang seolah aku orang yang paling tragis. Dari mereka aku harus banyak belajar, dibalik keterbatasan ada sabar yang luar biasa dengan senyuman yang terpancar ikhlas. Hidup baginya adalah kenikmatan, cobaan sebagai arena agar lebih dekat dengan Tuhan.
Berhentilah menganggap diri paling tidak berdaya, kerapuhan berpikirku justru membuatku semakin tidak bernilai. Ingatlah Allah, mengadulah kepadaNya, berkeluh kesahlah sepuasnya, lalu mintalah rahmatNya agar semua beban dimudahkan.
Allahku Maha Baik, dan aku harus sadar akan hal itu. Tak pernah ada yang sia-sia dari rencanaNya.
Malulah ketika aku dapati jiwa dan raga yang sering tidak bersyukur, berhentilah melihat sisi hitam, sadarlah bahwa Allah yang senantiasa menemani langkah dan perjuangan. Allah yang selalu ada, Allah yang Maha Pemaaf dan selalu menerima taubat meski sering hambaNya membangkang lagi dan lagi.
Dunia ini fana, dibalik ujian aku tau ada Nikmat Allah yang tidak ada bandingannya. Dunia bukan tujuan, hanya persinggahan yang kelak akan aku tinggalkan, pasti.
Komentar
Posting Komentar